Monday, June 25, 2007

Tanpa Pancasila, Indonesia Sudah Alami "Balkanisasi"

Jakarta (ANTARA News) - Sebuah anugerah Tuhan maha dahsyat dan sangat membahagiakan seluruh rakyat Indonesia, ialah bangsa ini selamat dari proses 'Balkanisasi' pasca 1997, karena ada kekuatan dahsyat yang dipancarkan nilai-nilai luhur ideologi Pancasila, utamanya kebangsaan.

"Indonesia masih satu pasca 1997. Ini sesuatu hal yang membahagiakan. Padahal, analisis dunia waktu itu, akan terjadi 'Balkaisasi'. Kita diuntungkan oleh adanya nilai-nilai kebangsaan yang ada di dalam ideologi Pancasila 1 Juni 1945 galian Bung Karno," ungkap pengamat politik LIPI, Prof Dr Ikra Nusa Bhakti, di Jakarta, Rabu (6/6) malam, dalam diskusi memperingati Hari Lahir Bung Karno dan perayaan 62 tahun Hari Lahir Pancasila 1 Juni 1945.

Dia berbicara itu ketika tampil bersama Dr J Kristiadi (CSIS), Direktur Eksekutif Sugeng Sarjadi Syndicate (SSS), Dr Sukardi Rinakit dan Ketua Dewan Pertimbangan Organisasi (DPO) Presidium Persatuan Alumni (PPA) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Dr Ir Siswono Yudohusodo selaku pembawa "keynote speaker".

"Saya tetap meyakini, kekuatan Pancasila sebagai ideologi nasional Indonesia itu, karena penggalinya mampu menggabungkan nilai-nilai luhur bangsa ini, juga nilai-nilai universal lainnya, menjadi sebuah kekuatan dahsyat yang membuat bangsa ini tetap kokoh, kendati diterpa badai-badai dahsyat," kata Ikra Nusa Bhakti.

NKRI, menurutnya, didirikan dan dibangun oleh banyak kekuatan, yang terpola dalam kubu "ko" dan "non ko-operasi".

"Itu juga yang terjadi dari waktu ke waktu, hingga kejadian insiden interpelasi DPR RI versus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kemarin. Kemampuan Bung Karno untuk mensinergikan kekuatan "ko" dan "non ko" itulah sebenarnya yang harus bisa dimainkan saat ini. "Beranteman" melulu tak akan membuat kita maju," tandasnya.

Di bagian lain, Ikra Nusa Bhakti menyorot kritis tentang pola penyeragaman ide dan gagasan serta implementasi, sebagaimana pernah jadi jargon di era Orde Baru, yang membunuh kreativitas serta jati diri bangsa besar ini.

"Saya tetap percaya kepada ajaran Bung Karno, bahwa kemajemukan itu memperindah taman sari Indonesia," tegas Ikra Nusa Bhakti. (*)

Wednesday, June 13, 2007

Kena tilang polisi

Saya pulang kantor tanggal 12 Juni 2007, yah pulang agak lambat dari biasanya, karena ada kerjaan yang harus di selesaikan. Kira-kira pulang pukul 19.30.
Saya mengendarai motor.

Saat melintasi jalan Mayjen Sungkono,surabaya, tiba-tiba dua orang polisi menyetop saya.
Dalam hati saya bertanya ... saya salah apa?
Oh.. ternyata lampu saya tidak nyala, padahal saya tidak pernah mematikan lampu motor walaupun pada siang hari(anjuran nya seperti itu).
Ternyata kemungkinan goncangan sehingga switchnya tersenggol.
Setelah di minta surat-surat, SIM dan STNK, pak polisi seperti biasa menunjukan pasal pelanggarannya. Melanggar pasar 73(1) PP43(maaf klo salah tulisannya gak jelas).
Kira2 bunyinya ".. Tidak menyalakan lampu utama dan lampu belakang pada malam hari .."
Yah, saya akuin memang pada saat di tangkap kondisi lampu memang mati.
Saya berusaha membela diri, pak, coba itu lampu di pegang, masih panas, dan hi/low beam semuanya nyala. Artinya memang bukan kesengajaan, bisa jadi karena goncangan.
Tapi pak polisinya tetep kekeh, tetap gak bisa mas. kata dia.
Baik deh, saya memang salah pak. Kalau gitu saya mau pakai uang titipan, setahu saya undang-undangnya membolehkan. jadi tidak harus datang sidang. dan kita dapatkan yang lembar biru.
Polisi hanya bilang wah gak bisa mas,sambil lenggang kangkung.

Ya sudah.
Saya kantongi surat tilang yang lembar merah, tanggal 25 Juni 2007 sidang.

Sebenarnya dalam hati ada keinginan "damai",Tapi hati kecil ini rasanya menolak. Walaupun dongkol juga. Dalam hati kecil, ah bapak juga pasti pernah tuh menerima uang "damai" tapi biarlah urusan dia dengan Tuhannya, toh juga pelanggarannya tidak berat, yah dengan pembelaan diri seperti tabung lampu sebenarnya masih panas, semua lampu nyala, spion saya pasang kanan kiri, yah walaupun tidak 100% taat peraturan lalulintas, namun saya rasanya risih kalau misal lampu merah harus melanggar, walaupun di samping kiri kanan sepi, misal pada malam hari.

Bahkan pernah saya di tabrak dari belakang gara-gara saya berhenti tepat pada saat lampu berganti merah. Malah saya yang di klakson-klakson, di pelototin. Untung saja kecepatan yang menabrak saya tidak terlalu kencang. Dengan tanpa bersalah, dia malah melanggar lampu merah, jalan terus. Kadang di mana keadilan di negara ini. Sedih rasanya.
Saat saya ke singapore, warganya bisa dikatakan tertib dalam berlalulintas, toleransi malah lebih tinggi dari pada di negeri ini. Mereka sangat menghormati pejalan kali. Justru penyeberang jalan di utamakan.
Bahkan ada yang bilang "Di sebagian negara masyarakatnya bahkan lebih PANCASILA-is dari pada masyarakat yang Indonesia"

Adding new Hardisk On linux

Adding new hard disk in linux flavour

#hdparm /dev/sda
#mke2fs -j /dev/sda1

edit the fstab in etc
add the following line to fstab

/dev/sda1 /DATA ext3 rw,acl 0 0

note: i need the ACL so i add the function in this directory
make directory
#mkdir /DATA

then mount the DATA directory
#mount /DATA

[root@brain ~]# df -h
Filesystem Size Used Avail Use% Mounted on
/dev/hda1 9.5G 2.6G 6.5G 29% /
tmpfs 371M 0 371M 0% /dev/shm
/dev/hda2 9.5G 537M 8.5G 6% /home
/dev/hda5 16G 172M 15G 2% /rhome
/dev/sda1 147G 2.4G 137G 2% /DATA
[root@brain ~]#

note :
#e2label /dev/hdd /newlabel
#mount -o remount,rw /